Perbedaan Antara Nasehat dan Celaan


Ini adalah tulisan kedua saya mengenai Adab Menyampaikan Nasehat

Lihat tulisan saya sebelumnya tentang Adab-Adab Dalam Memberikan Nasehat

 

 

 

Berikut ini adalah Perbedaan antara Nasehat dan Celaan

Pertama

Nasehat diberikan secara rahasia, sedangkan celaan disampaikan secara terang-terangan. Dalam hal ini Fudhail bin ‘Iyadh rahimahumullah berkata: “Seorang mukmin menjaga rahasia dan memberi nasehat. Seorang fajir membongkar rahasia dan mencela”. (Al Farqu Baynan Nashiah Wat Ta’yir)

Ibnu Rajab berkata: “Apa yang diucapkan oleh Fudhail ini merupakan tanda-tanda nasehat. Sesungguhnya nasehat digandeng dengan rahasia. Sedangkan celaan digandeng dengan terang-terangan.” (Al Farqu Baynan Nashiah Wat Ta’yir)

Kedua

Tujuan pemberi nasehat adalah untuk melakukan perbaikan, menutup rahasia (keburukan orang yang dinasehati), dan memperbaiki kekurangan. Sebaliknya tujuan seorang pencela adalah untuk membongkar rahasia dan aib, menyebarkan kerusakan dan melakukan perusakan, menimbulkan kebencian dalam dada (bagi orang yang dinasehati).

Ketiga

Seorang pemberi nasehat wajib menunaikan hak saudaranya seiman yang memang wajib untuk ia tunaikan. Sehingga ia mendapatkan pahala dari nasehat yang ia berikan untuk saudaranya. Adapun celaan, mengoyak hak-hak hamba Allah, memecah belah persatuan serta merusak agama mereka. Lebih jauh lagidia berdosa di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai balasan atas perbuatannya yang menyakiti hamba-hamba Allah dengan cara menyebarkan gangguan dan kekejian di tengah mereka. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:

Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui (QS. An-Nuur: 19)

Keempat

Seorang pemberi nasehat pada umumnya tidak ditunggangi oleh hawa nafsu. Adapun seorang pencela tidaklah lepas dari tunggangan nafsu dan penyakit hati. Hal itu karena seseorang yang memberi nasehat mencintai untuk orang yang dia cintai untuk dirinya sendiri berupa perbuatan-perbuatan baik. Kemudian, dia berusaha agar yang diberikan nasehat bertambah kebaikannya.

Adapun seorang pencela tidaklah mencintai orang yang dia cela. Tidak pula mencintai kebaikan untuknya. Bahkan sebaliknya dia mengharapkan keburukan menimpanya. Ucapannya tidak lepas dari tunggangan hawa nafsu yang mendorongnya untuk menyakiti dan menimbulkan kerusakan.

———————————————————————————————–

Maka kita kembalikan pertanyaan ini pada mereka yang turun ke jalan. Apakah akan diterima sebuah nasehat bila kita melanggar adab-adab di atas?? Anda membuka kekurangan dan aib seseorang di masyarakat secara umum dan luas, memaksa supaya aspirasi diterima & ditaati, kemudian menyampaikan aspirasi dengan membakar ban, foto, poster, merusak fasilitas umum, dan sebagainya…

Dan apakah anda (semoga kita tidak termasuk di dalamnya, karena hal ini sungguh yang paling jelek) meniatkan penyampaian aspirasi, saran, kritik, atau nasehat bukan karena Allah??? Mengikuti hawa nafsu saja atau supaya diperhatikan orang-orang??? Maka Maha Suci Allah dari perkara yang buruk itu…

 

Selesai ditulis pukul 10.21 wib, Malang 221010

 

Pustaka:

Disarikan dengan sedikit penambahan dari Buku berjudul: “Selembut Perkataan Nabimu – Kiat agar Nasihat Laksana Embun Yang Menyejukkan”, karya Muhammad Abu Shu’ailaik. Terbitan Daar An-Naba’, Surakarta. 2007


Tag:, , ,

About galuhsurya

Sebanyak2nya Kemanfaatanku untuk Orang Lain...

5 responses to “Perbedaan Antara Nasehat dan Celaan”

  1. ahsanfile says :

    Kebanyakan da hampir semuanya celaan itu tak ada hikmah atau nasehat yang terkandung didalamnya…

  2. galuhsurya says :

    ^^
    Yup, betul.. namanya juga mencela…

  3. abuanu says :

    Lha kan ada konon ada haditsnya tentang seorang yang protes terhadap kelakuan tetangganya, terus tuh orang melakukan demonstrasi keluarin perabotan, dan bekoar-koar kalo tetangganya buruk..

    Hayo.. gimana dalil antum?

  4. galuhsurya says :

    Bisa disebutkan haditsnya?? Setelah itu bagaimana sanad haditsnya..

Trackbacks / Pingbacks

  1. Adab-Adab dalam Memberi Nasehat « Semoga Bermanfaat.. - November 5, 2010

Tinggalkan Balasan ke galuhsurya Batalkan balasan